Bitung,28 Oktober 2025.
Setiap tanggal 28 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda — momentum bersejarah yang menegaskan tekad pemuda Indonesia untuk bersatu dalam satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa: Indonesia.
Semangat itu adalah panggilan untuk menjaga kedaulatan dan martabat bangsa, tidak hanya di darat tetapi juga di lautan, tempat di mana sebagian besar kekayaan negeri ini berasal.

Namun, di tengah semangat nasionalisme itu, kedaulatan kita di laut tampak terusik.
Kota Bitung, yang dikenal sebagai kota industri perikanan terbesar di Indonesia Timur, kini menghadapi fenomena ribuan WNA asal Filipina yang bekerja secara ilegal di kapal-kapal perikanan.
Mereka bekerja tanpa dokumen resmi, tanpa membayar pajak, dan tanpa perlindungan hukum.
Kondisi ini bukan hanya melanggar aturan keimigrasian dan ketenagakerjaan, tetapi juga menimbulkan kerugian besar bagi negara — mencapai ratusan juta rupiah per tahun dari potensi pajak yang hilang.
Ironisnya, banyak anak muda Indonesia di Bitung justru sulit mendapatkan pekerjaan di sektor yang sama.
Di negeri sendiri, mereka kalah bersaing dengan tenaga asing ilegal yang justru dibiarkan oleh sistem yang “tutup mata.”
Padahal, semangat Sumpah Pemuda seharusnya menjadi pengingat bahwa tanah air ini mesti dijaga bersama, dan peluang kerja harus berpihak pada rakyat Indonesia sendiri.
Sumpah Pemuda bukan hanya perayaan seremonial.
Ia adalah panggilan moral untuk berani bersuara terhadap ketidakadilan — termasuk dalam praktik ketenagakerjaan dan pengelolaan sumber daya laut.
Para pemuda, terutama di kota pelabuhan seperti Bitung, perlu bangkit dan bersatu menuntut keadilan, mendesak penegakan hukum, dan memastikan bahwa laut Indonesia bukan menjadi tempat pelanggaran hukum yang dibiarkan begitu saja.
Hari ini, ketika kita mengucapkan kembali ikrar Sumpah Pemuda, mari kita renungkan:
Apakah kita masih memiliki semangat untuk membela kedaulatan bangsa dan melindungi hak pekerja lokal?
Ataukah kita akan terus diam saat kedaulatan ekonomi di laut perlahan dirampas oleh praktik ilegal yang terstruktur?
Satu Tanah Air: Indonesia.
Satu Bangsa: Bangsa Indonesia.
Satu Bahasa: Bahasa Persatuan.
Dan untuk zaman ini, mari kita tambahkan satu tekad baru:
Satu Tekad: Menegakkan Keadilan dan Kedaulatan Pekerja Indonesia di Laut Sendiri.
✊ Serikat Awak Kapal Perikanan Bersatu (SP SAKTI SULUT)
Berdiri bersama memperjuangkan hak, keadilan, dan kedaulatan pekerja perikanan Sulawesi utara.
